J.M. Knaud: Herinneringen Aan Soeka Boemi (Sukabumi Dalam Kenangan) - Bagian 3


Penulis: Thommy Ardhian

(Arsiparis Ahli Muda Bidang Arsip Dispusipda Kota Sukabumi)


Tulisan bersambung ini sampai pada medio tahun 1900-1942, suatu masa yang tergambarkan begitu baik bahkan terkenang oleh penduduk ketika itu sebagai “Zaman Normal”, yaitu suatu zaman ketika pembangunan bergeliat dan menunjukkan wajah kota yang baik. Namun untuk Kota Sukabumi, Jaman Normal tersebut didahului dengan terpuruknya kondisi kota dan mulai bergeliat ketika seorang Eugene Knaud didaulat menjadi Direktur Teknis Kota Sukabumi dengan Walikota Pertama kala itu berdiri di belakangnya.

Setelah Tahun 1900

Sukabumi terjepit :

Kira-kira seratus tahun setelah Andries de Wilde untuk pertama kalinya memakai nama Soeka Boemi kita kembali lagi ke kota yang terletak di pegunungan, tetapi kita mendapatkan kota itu dalam keadaan yang menakjubkan.

Dari perumahan yang indah, dikelilingi beberapa kampung, maka tanah milik itu berubah menjadi kota dengan alun-alun yang luas, sebuah masjid dan jalan-jalan dengan pepohonan yang rindang di kedua sisinya, dan rumah-rumah yang megah, penduduknya bertambah banyak. Tetapi dari rumah Andries de Wilde sudah tidak ada bekasnya lagi.

Sukabumi sudah sejak beberapa tahun mempunyai hubungan jalan kereta api dengan dunia luar dan mempunyai beberapa hotel yang terkenal dan tempat peristirahatan, kehidupan di Sukabumi masih saja baik.

Baru pada bulan April 1914 Sukabumi ditingkatkan menjadi gemeente (Kotapraja) dengan Dewan Kota yang tidak diketuai oleh Burgemeester (Walikota), karena ketika itu belum ada yang berkedudukan di kota ini, keadaan yang tidak ideal.

Ketika keadaan yang demikian menimbulkan persoalan-persoalan yang tidak diharapkan oleh Asisten Residen, maka tibalah perubahan dengan ditempatkannya di Sukabumi seorang pejabat yang diperbantukan.

Sementara itu keadaan keuangan Kotapraja yang masih muda, pada tahun 1914 boleh dikata menyedihkan. Menurut Mr. G.F. Rambonnet dalam buku “25 tahun Desentralisasi di Hindia Belanda 1905-1930”, anggaran yang ditetapkan untuk pertama kali oleh Pemerintah yaitu tahun 1914 meliputi jumlah Æ’ 17.700,00. Pengeluaran Negara berjumlah Æ’ 6.830,00, untuk Pegawai Bagian Sekretariat Æ’ 1.665,00 dan untuk pegawai bagian Teknis boleh dikatakan tidak ada anggarannya.

Keadaan yang demikian tidak dapat dipertahankan dan Sukabumi dapat dikatakan tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa juga terjadi karena seringnya berganti Asisten Residen, yang karena tempat kedudukannya di Sukabumi disamping pekerjaannya sehari-hari ia harus juga menjabat Burgemeester.

Pada bulan mei 1926 diangkat Burgemeester (Walikota) pertama yaitu Mr. G.F. Rambonnet, yang semula diangkat sebagai pejabat yang diperbantukan pada Residen Priangan Barat. Mr. G.F. Rambonnet juga harus merangkap jabatan Sekretaris Kotapraja, karena waktu itu Pemerintah Pusat berpendapat kurang pekerjaan bagi Walikota.

Begitulah mentalitas pedagang rempah-rempah, apakah ini merupakan keanehan bahwa secara teknis keadaan Sukabumi sangat menyedihkan dengan pegawai Kotapraja yang dikatakan tidak menerima gaji? Akibatnya dari politik kruidenies itu ialah banyak pegawai yang kurang menduduki jabatannya yang sebenarnya ia kurang mampu menjalankannya. Sukabumi berada di ambang kehancuran.
Lebih baru Lebih lama